Perjalanan Meliar dan Meramu #1: Carik Cenik - Tumpang

by - Juni 15, 2020

Cold press juice
Photo by: Arief Sinchan



Matahari pagi sudah meninggi. Hari Sabtu pagi itu (6/6) kami bersemangat sekali. Ini adalah momentum yang kami, tim Koalisi Liar, nantikan. Hari di mana kami menapaki milestone pertama kami bergerak untuk memulai pilot project Koalisi Liar. 

Perjalanan dimulai dari bilangan Sawojajar, Malang menuju ke dusun Slamet, Tumpang, Kabupaten Malang. Tak memakan waktu lama, sekitar 20 menit saja berkendara dengan mobil, kami sampai di sebuah tempat bernama Carik Cenik. Carik Cenik adalah kebun sekaligus tempat makan dan ngopi yang terbuka untuk umum. Sungguh asri. Sepanjang mata memandang, penglihatan kami dimanjakan dengan berbagai tanaman dan bunga-bunga yang masih segar, baru saja disirami. 

Sesampainya di sana, kami disambut oleh Mas Yoyok, pemilik Carik Cenik. Tanpa banyak berbasa-basi, Mas Yoyok langsung mengajak kami meluncur menuju ke lahan persawahan yang letaknya tak jauh dari Carik Cenik. Rencananya, pagi itu kami akan meramban, mencari tanaman pangan liar untuk dimasak nantinya. Istilah kami adalah meliar. 

Meski letaknya sangat dekat dengan Kota Malang, di Tumpang sendiri masih banyak terdapat sawah-sawah dan lahan pertanian yang menghampar luas. Kami langsung turun dan menemukan lahan yang ditumbuhi ubi merambat dengan sangat subur. 

Krokot
Image by Winda Carmelita


"Di sini banyak krokotnya," kata Mas Yoyok. Krokot atau common purslane adalah sejenis tanaman liar yang tumbuh subur begitu saja. Benar saja, krokot yang dimaksud Mas Yoyok memang sangat banyak, menyeruak di antara tanaman ubi. "Di daerah sini krokot dibiarkan begitu saja. Paling cuma buat makanan ternak."

Kami pun mulai mencari krokot-krokot yang bagus dan mengumpulkannya. Saat meliar dan mencari krokot, ternyata kami menemukan banyak tanaman pangan liar lain yang teridentifikasi di lahan tersebut. Ada kelor atau Moringa, bayam duri atau Amaranth, tumbaran atau yang juga dikenal dengan nama mundring, pegagan air, hingga pakis yang tumbuh di dekat sungai kecil. Semua ini tanaman-tanaman pangan liar yang sangat bisa diolah menjadi makanan sehari-hari, tetapi sekarang sangat jarang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Setelah mendapatkan beberapa tanaman pangan liar secukupnya, kami kembali ke Carik Cenik. Menjauh dari lahan pertanian, ternyata di sekitar Carik Cenik sendiri tumbuh beberapa tanaman pangan liar yang dapat dikonsumsi. Seperti semanggi darat, bunga begonia, junggul, besaran atau murbei, sampai daun kastuba yang biasanya dikenal sebagai dekorasi saat hari Natal.

Murbei liar
Image taken by Winda Carmelita

Semua bahan-bahan yang kami kumpulkan di hari Sabtu, akan diolah di hari Minggu (7/6). Beberapa resep masakan berbahan dasar tanaman pangan liar akan kami uji coba di Carik Cenik. Ada empat resep yang kami olah, yaitu salad krokot, bothok krokot, peyek aneka daun, teh jelatang, dan cold press juice.

Meramu
Image taken by Winda Carmelita


Bereksperimen dengan berbagai tanaman pangan liar sungguh menyenangkan. Diawali dengan mencicipi rasa dan teksturnya ketika masih mentah. Ketika sudah diolah dan bercampur dengan bumbu-bumbu lainnya, rasanya cukup mengejutkan. Bahkan beberapa di antara kami yang belum pernah mencicipi tanaman pangan liar mentah pun, ternyata menyukainya. 

Bereksperimen
Image taken by Winda Carmelita

Tiap orang membawa preferensi yang unik pada indra pengecapnya, sehingga satu bahan makanan bisa terasa berbeda-beda di lidah tiap orang. Seperti contohnya bunga begonia. Ada yang merasakan kecut asam citrusy, ada juga yang merasakannya manis asamnya menyerupai buah pir. Menarik!

Kegiatan pertama kami ini memberikan experience yang berbeda. Dengan meliar, kami seolah ditantang untuk mengolah apa yang tersedia di hadapan kami sekreatif mungkin. Memang, kami bisa merencanakan apa yang akan dimasak. Tetapi ketika sudah berada di lapangan, ide-ide liar itu muncul. Mencampurkan murbei atau besaran dengan daun jelatang untuk dibuat teh, menggoreng daun mint menjadi peyek ... Semuanya itu secara spontan kami lakukan. Sungguh menyenangkan!

Jadi tak sabar untuk kembali meliar dan meramu lagi! 
----
Terimakasih untuk Carik Cenik yang telah memberikan ruang meramu untuk kami. Tetap meliar!

Oleh: Winda Carmelita

You May Also Like

0 komentar